Sejarah Kapitalisme
Kapitalisme berasal dari kata capital yang bermakna modal dan isme yang berarti faham. Dengan demikian, kapitalisme adalah suatu faham ekonomi yang mengedepankan modal individu atau pihak swasta yang memiliki modal besar. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mengorganisasi upaya pengejaran dan pengumpulan kekayaan demi kekayaan itu sendiri untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang minim. Salah satu tokoh ekonomi, Benjamin Franklin dengan mottonya yang sangat terkenal yaitu "Time Is Money", bahwa manusia hidup untuk bekerja keras dan menumpuk kekayaan.
Sistem kapitalisme muncul dan semakin dominan sejak peralihan zaman feodal ke zaman modern. Ciri pokok masyarakat kapitalis ialah sosial-ekonominya kedalam kelas-kelas sosial: Antara kelas pemilik sarana produksi dan kelas tanpa sarana produksi. Sistem kerja diorganisasi melalui sistem perupahan. Golongan tanpa sarana produksi harus menjual satu-satunya yang tersisa dari kehidupan mereka kepada golongan pemilik sarana produksi, yakni tenaga kerja.
Kapitalisme Awal (1500-1750) untuk periode ini masih mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan pokok yang ditandai dengan kehadiran industri sandang di Inggris. Meski industri sandang tersebut masih menggunakan pemintal sederhana, namun mampu meningkatkan surplus sosial. Dalam hal ini surplus sosial yang didapatkan secara terus-menerus secara produktif mampu menjadikan kapitalisme bersaing dengan sistem ekonomi sebenarnya.
Kapitalisme Klasik (1750-1914) mulai meletakkan dasarnya yaitu laissez-faire, laissez-passer sebagai doktrin mutlak Adam Smith. Perkembangan kapitalisme pada fase kedua ini semata-mata menggunakan argumentasi ekonomis. Kesuksesan ekonomis berimbas pada kesuksesan di bidang politik, yaitu hubungan antara kapitalis dan negara. Adam Smith mengemukakan sejumlah teori dasar dari kapitalisme sebagai berikut ;
Pengakuan hak milik pribadi tanpa batas-batas tertentu.
Pengakuan hak pribadi untuk melakukan kegiatan ekonomi demi meningkatkan status sosial ekonomi.
Pengakuan adanya motivasi ekonomi dalam bentuk semangat meraih keuntungan semaksimal mungkin.
Kebebasan melakukan kompetisi
Mengakui hukum ekonomi pasar bebas/mekanisme pasar.
Adam smith juga mengemukakan teori yang paling dikenal adalah “invisible hand” yang berisi tentang permintaan pasar yang membuat kinerja pasar menjadi efisien dan mengutamakan kesejahteraan rakyat, teori invisible hand yang memiliki inti bahwa akan ada pemenuhan dalam kebutuhan pasar dimana para pelaku ekonomi akan menyediakan kebutuhan pasar secara dinamis dan menghasilkan kesejahteraan masyarakat sebagai andil dari perdagangan. Teori ini menyatakan bahwa setiap konsumen dapat dengan bebas memilih untuk menjual dan membeli barang apapun serta pasar akan mengatur harga barang dan jumlah barang secara tepat. Teori ini juga menyatakan bahwa dalam pasar yang dikendalikan oleh invisible hand memberikan keuntungan bagi semua pihak dalam pasar karena setiap keinginan dan kebutuhan untuk mendapatkan dan menjual barang akan membawa keuntungan serta persaingan dalam pasar akan memberi manfaat selama masih dalam kondisi wajar.
Kapitalisme Lanjut (Pasca 1914) berhasil tampil dengan performance yang bergerak mengadaptasikan kebutuhan umat manusia pada zaman dan situasi lingkungan. Produk yang disediakan bersifat adaptif dengan zaman. Dari sana kemudian muncul ideologi tandingan, yaitu komunis. Yang membuat kapitalisme bertahan adalah kelenturan produk yang ditawarkan citra-citra yang disodorkan tidak pernah dibiarkan begitu saja dan menjadi sebentuk kesombongan ideologis yang menjenuhkan, melainkan disesuaikan dengan berbagai desakan pluralisasi wacana kehidupan. Kapitalisme mampu menghadirkan demokrasi ekonomi dan politik sebagai bentuk keinginan umat manusia yang paling mutakhir, tetapi sebatas citra, demokrasi yang semu.
David Ricardo dengan teori nya yang terkenal "Labour Theory Of Value", yaitu teori nilai kerja yang mengatakan bahwa suatu barang produksi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang tersebut. David juga menganggap bahwa kebijakan pasar bebas tidak dapat diterapkan, bila ada campurtangan pemerintah. Negara dalam pandangan hanya berperan melindungi hak atas kekayaan dan kelancaran bekerja pasar.
Selanjutnya teori ekonomi kapitalisme dari tokoh Sosiologi sekaligus pakar ekonomi, Max Weber. Max Weber beranggapan bahwa kekuasaan legal rasional yang berada dalam kekuasaan agama, dalam hal ini gereja, merupakan kekuasaan paling ideal. Melalui gereja kekuasaan dianggap mutlak, terdapat dalih rasional yang melanggengkan kekuasaan tersebut yang termaktub dalam Etika Protestan yakni, semakin banyak seseorang bekerja, maka semakin besar peluang dan kemungkinan bagi seorang tersebut untuk masuk surga (The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism). Sementara peranan negara dalam pandangan Weber, dilihat dari sisi perangkat birokratisnya berperan sebagai komposisi legal, atau aparatur negara yang mengatur hak legal kekuasaan agama dengan dalih kepatuhan terhadap agama. Secara garis besar dapat dikatakan peran kapitalis dalam kekuasaan ekonomi dari kekuasaan gereja mendapat restunya dari kebijakan negara.
Kapitalisme di Indonesia
Awal masuknya perdagangan kapitalistik di Indonesia pada abad ke-17 yang membawa serta kapital dari negeri belanda melalui perusahaan dagang yaitu VOC. Guna meluaskan jangkauan kapital maka monopoli harus diakhiri dan modal swasta harus masuk. Setelah pasar dibuka, membanjirlah modal-modal swasta dari Inggris, Amerika dan Belanda masuk ke Jawa dan pulau-pulau lainnya melalui serangkaian peraturan-peraturan pemerintah kolonial yang sengaja dirancang guna memuluskan masuknya kapital swasta asing. Selain para pemodal asing macam orang Belanda, Amerika dan Inggris, ada kelas kapitalis pedagang dari etnis Cina yang sering bertindak sebagai broker perdagangan dalam sekala menengah.
Pasca Indonesia merdeka, perkembangan kapitalisme di Indonesia menjadi subur dan bertingkat menjadi fase imperialisme modern. Imperialisme modern dipandang sebagai suatu politik, yang memasukkan elemen-elemen kapital ke dalam Indonesia sebagai tanah jajahan, untuk mendirikan bangunan-bangunan budaya di negeri ini.
Pada masa Orde Baru, efek kapitalisme paling kentara dirasakan oleh beberapa pihak. Soeharto berfokus pada spesifikasi sistem hirearki mengenai social and political power, dimana Soeharto menggunakan kekuasaan negara untuk mengeluarkan dan menekan kepentingan tertentu. Imperialisme modern yang merupakan fase lanjutan kapitalisme yang digadang-gadang untuk memajukan pembangunan ekonomi serta budaya. Adanya sistem pemerintahan yang otoriter menimbulkan kesan bahwa masa pemerintahan Soeharto terkesan seperti pemerintahan oligarkhi dimana orang-orang di golongan atas mampu mengeksploitasi golongan bawah dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya.Contoh realnya ialah pertambangan milik Freeport di Papua. Pihak Amerika lah yang diuntungkan disini, walaupun Tanah Papua sangat kaya sumber daya pertambangan, tapi ironisnya, masyarakat Papua masih hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Krisis ekonomi dan inflasi pda tahun 1997-1998 menjadi bukti betapa rusaknya tatanan pemerintahan yang terkesan oligarkhi tersebut di Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi sendiri. Runtuhnya era Orde Baru pada tahun 1998 dan dimulainya era Reformasi tidak mengubah pandangan kapitalisme di Indonesia secara signifikan. Pada kenyataannya hingga saat ini produk-produk luar negeri tetap mendominasi pasar perdagangan di Indonesia.
Di Indonesia Kapitalisme mengejawantah secara massif dan besar-besaran sejak jaman Orde Baru, awal tahun 1967. Pada masa itu bertumbuhlan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan Pengusaha kayak arena kedekatan dengan Penguasa/Birokrat Pemerintah/Tentara. Di sinilah lahir Kapitalis Rente—kapitalis yang bukan dari kerja keras atau memeras keringat namun bisa kayaraya dalam sekejap. Misalnya kerabat seorang Presiden, atau saudara seorang jendral. Adapula pengusaha yang berusaha dari kecil hingga menjadi burjuasi kapitalis, namun pada akhirnya mereka harus dekat dengan kekuasaan untuk melanggengkan bisnisnya. Bila tidak biasanya mereka harus tangguh berusaha dan sulit mendapat fasilitas Keuangan dari Negara.
Bentuk Wujud Kapitalisme
1. Kapitalisme Komprador adalah sistem ekonomi yang berasal dari negara asalnya sendiri untuk menindas negaranya pula. Umumnya berselingkuh dengan birokrat & pemerintah. Contohnya : orang-orang yang mempunyai posisi sebagai birokrat (anggota DPR, Pemerintah) lalu mereka menjadi pengusaha. Kapitalis ini menggunakan jaringan Pemerintah dan Birokrasi untuk mempermulus usaha atau perusahaannya.
2. Kapitalisme Murni adalah sistem ekonomi yang semata-mata mementingkan kapital untuk mendapatkan kapital yang lebih besar. Dengan menguasai pasar secara keseluruhan hingga tidak ada batas lagi. Contohnya : Alfamart, Indomart.
Watak-watak Kapitalisme
Watak dasar kapitalisme dilengkapi dengan:
Akumulasi produksi kapitalis ini mengandung kontradiksi. Pada satu sisi, produsen harus terus-menerus memproduksi komoditi yang mengandung laba sehingga sistem harus menyediakan terus-menerus pasokan atau aliran uang untuk membiayainya. Kapitalisme yang bertumpu pada modal tentunya akan selalu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk dapat mencapai yang namanya akumulasi kapital atau penumpukan modal sebesar-besarnya. akumulasi kapital ternyata telah menciptakan kepincangan ekonomi atau gap yang tinggi dan stratifikas atau penciptaan kela-kelas ditingkatan masyarakat yaitu kelas kaya atau para pemilik modal (borjuis) dan kelas tidak berpunya (proletar), yang nantinya menghasilkan sumber konflik antar kelas.
Eksploitasi dengan kemampuan modal yang besar. Pengerukan/penghisapan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Strategi penguasaan tenaga kerja sangat berbanding terbalik dengan strategi perlawanan kelas pekerja/buruh. Aparat negara menjadi penjaga modal, bersikap berpihak pada kapitalis, demi menjaga ketertiban dan keamanan. Negara masih dalam bayang-bayang ketidakmampuan berdiri sendiri tanpa peran investor ditengah persaingan kemakmuran dan kesejahteraan.
Ekspansi merupakan model keberhasilan kapitalisme menguasai masyarakat, negara dan sumber dayanya. Dalam upaya peningkatan investasi sekaligus memperkuat kesanggupan perekonomian (konsumen) untuk membeli hasil produksi total, kapitalisme bertumpu pada kredit. Kredit bergerak dua arah. Para kapitalisme finansial meminjamkan uang kepada sektor industri sekaligus ke konsumen. Ekspansi yang dilakukan oleh kapitalis sebenarnya hanya untuk mencari pasar sebesar-besarnya bagi produk mereka dan untuk mencari bahan baku dengan cara perang dll. Sehingga nanti melahirkan penghisapan terhadap negara-negara berkembang.
Dampak Pembangunanisme
1. Hutang Luar Negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan.
2. Ketimpangan Distributor atau Kemiskinan, dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
3. Pengangguran, angkatan kerja yang belum mendapat kesempatan bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin memperoleh pekerjaan.
4. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
Korupsi : Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara.
Kolusi : Kolusi adalah suatu bentuk tindakan persekongkolan atau permufakatan secara rahasia yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, di mana tujuannya adalah untuk melakukan perbuatan tidak baik demi mendapatkan keuntungan.
Nepotisme : nepotisme adalah suatu tindakan seseorang yang memanfaatkan jabatan atau posisi untuk mengutamakan kepentingan keluarga atau kerabat di atas kepentingan umum dengan memilih orang bukan atas dasar kemampuannya tetapi atas dasar hubungan keluarga atau kedekatan.
5. Konglomerasi adalah perusahaan yang punya bisnis beragam dan bisa-bisa tidak ada kaitan antara satu sama lain. Konglomerasi merupakan perusahaan yang punya usaha berbagai sektor yang tidak ada hubungan satu sama lain. Jadi, konglomerasi sebenarnya adalah suatu kelompok perusahaan pada berbagai bidang usaha ( diversified companies ).
Fase kapitalisme punya titik mula, artinya juga titik akhir. Dalil pokok kapitalisme bukanlah adanya sistem jual beli dan pengambilan laba, kepemilikan pribadi, ataupun pengumpulan modal, melainkan bekerjanya pasar sebagai penentu utama produksi dan pertukaran, dan konsekuensinya pengaturan pembagian tenaga kerja. Pasar hadir sebagai paksaan, bukan pilihan. Perusahaan, petani kapitalis, atau pemilik pabrik mencari untung tidak semata-mata karena rakus, tatapi jika mereka tidak berkompetisi untuk meningkatkan untung, mereka akan tersingkir dari pasar. Perdagangan, laba serta pengumpulan modal telah berlangsung beribu tahun tidak serta merta merupakan kapitalisme, asalkan di dalamnya, akses non-pasar orang terhadap faktor produksi tetap dipertahankan.
Referensi
Dede Mulyatno
Genealogi Kapitalisme Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata EksploitasI Kapitalistik
Dede Mulyatno
KAPITALISME Perspektif Sosio-Historis
Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A
Kapitalisme, Negara dan Masyarakat