Hallo… Apakabar? Semoga selalu baik ya, kali ini aku mau ngebahas masalah yang mungkin aja, kamu pernah ngalamin juga. Jadi baca ini sampai selesai ya. Tampung dulu rasa penasarannya, kuatkan dulu tekad buat memulai baca.
Okeyy selamat membaca!
Jadi, beberapa waktu yang lalu aku sempet dikasih challenge nih sama temen aku, dan dia minta aku buat ngebahas kaya dampak psikis seseorang dalam kepercayaan diri ketika penampilan berbusananya dikritik dengan stereotype yang, ya bisa jadi bikin orang itu sakit hati.
Hmmm… baiklah, karena aku juga merasa pernah ngalamin juga. Akhirnya aku terima deh tantangannya. Cuma di awal aku mau ngomong aja nih. Best quotes di tulisan ini deh ceritanya.
“Penampilan seseorang merupakan bentuk rasa nyaman atas dirinya sendiri, bukan untuk menyenangkanmu apalagi bahan gunjinganmu.” -Aynay Aggye-
Asik gak tu, aggye bisa juga ya bikin ginian wkwkw. Ops. Wadidaw, dah lah kita mulai aja kali ya. Sebenernya stereotype itu sendiri apaan sih, kalo menurut KBBI stereotype berasal dari kata ste·re·o·tip /stéréotip/ 1 a berbentuk tetap; berbentuk klise: ucapan yang --; 2 n konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat.
Nah dari situ aja kita udah bisa paham kalo stereotype ini bukan hal yang baik-baik aja buat orang lain kan? Apalagi kalo udah mulai berprasangka-prasangka gitu. Jatohnya nanti kan jadi hoax gak tuhh.
“Kamu gendutan ya?” “Kok kamu tambah item sih?,” “Duh muka jerawatan banget, rawat dong!”, “Ih rambutnya keriting kaya orang Afrika”, “Kamu ngga punya baju lain ya, itu mulu yang dipake” Kak kok kak kok, lah orang-orang pada kenapa si ngga bisa ngerem mulutnya dikit aja. Heeran, mereka ngga sadar gitu kalo ucapan mereka bisa bikin orang lain insecure apalagi ketika kalimat seakan intimidatif, haduuuuhh.
Meski tampak sepele, sebenarnya stereotype merupakan kebiasaan yang berbahaya dan berdampak serius pada kesehatan psikis seseorang. Ketika ada yang bilang “Kamu ga punya style bgt si, bajunya gitu.” Hey, sadar ngga si kalo ucapanmu itu bisa menghancurkan rasa percaya diri, menimbulkan stres hingga depresi, bagi orang yang kamu komentarin itu.
Saat ini, thanks to sosial media, orang-orang mulai berani menonjolkan diri mereka. Kulit hitam, plus size, hijab, penampilan mulai menjadi isu-isu penting yang diadopsi oleh media-media internasional dan diterima masyarakat luas. Padahal dulu media juga yang menetapkan standar beauty yang kemudian diterima oleh masyarakat. Namun di satu sisi, media sosial saat ini juga dapat menjadi bumerang. Banyak orang terutama perempuan muda yang semakin terobsesi dengan kecantikan dan style yang sempurna.
Pernah gak sih dikomentari tentang pakaian sering dipakai alias itu itu aja? The goal is to be rich, not to look rich. Berpakaianlah sesuai dengan keinginan dan kemampuanmu karena memilih cara berpakaian adalah hak semua orang. Termasuk pula dengan gaya berpakaian mereka. Setiap orang punya style-nya masing-masing. Ada juga yang menggunakan baju tanpa memperdulikan trend model yang ada, yang penting nyaman dipakai. Sampai disini udah lebih paham? yang perlu kita sadari adalah stereotip ini bukan tentang mana hal yang benar dan salah. Lakuin apa yang dirasa nyaman, ya lakuin tanpa pusing dengan omongan orang dan segala kejulidannya.
Terkadang tanpa kita sadari, begitu mudah mengomentari penampilan yang hanya kita lihat melalui dua mata kita bahkan tanpa berpikir lagi hal itu dapat berakibat buruk jika tidak dibenahi.Oke guys, fokus ya fokus.
“Kata-kata lebih tajam daripada mata pedang,"
setidaknya itu yang bisa dikaitkan dengan tulisan kali ini, dan perlu kita ingat juga agar tidak mudah menilai seseorang hanya dari penampilan atau pertemuan pertama saja. Apalagi jika sudah saling kenal, masa mau asal nyeplak aja? Harus punya etika dongg..
Jadi apa nggak boleh stereotyping orang? For me, it’s not a good thing. That’s why people say “Oh I’m sorry for stereotyping” Pakaian yang kamu kenakan bukan lagi sekedar alat penutup tubuh, melainkan perpanjangan dari kepribadian kamu sendiri. Jadi ya, penampilan itu menunjukkan kepribadianmu. Coba baca ulang kalimat tebal di atas sekali lagi, kali ini dengan suara yang lantang.
NAH GITU! UDAHLAH BIARIN AJA KALO ADA ORANG JULID SAMA PENAMPILAN KITA. TOH BELUM TENTU DIA LEBIH BAIK DARIPADA KITA!
Aduh maaf, jadi ngegas gini kan ehehe… tapi sebelum aku menulis ini, aku juga pernah ngalamin gimana rasanya percaya diri dalam berbusana itu hilang. Asli, tapi apa hal itu bikin aku down dan depresi? Hmm dikit sih, aku sampe beli baju baru dan setiap kali mau pergi harus bener-bener pilih baju yang pas dari ujung kepala sampe ujung kaki. Untungnya rasa tidak percaya diri itu sebentar saja singgahnya. Tak lama aku akhirnya sadar kalo manusia ngga hanya diukur dari penampilannya aja. Tapi ada banyak hal lain yang bisa kita tonjolkan dari diri kita.
Belajar dari pengalamanku sendiri juga ya, aku selalu berusaha ingat buat ngga pernah mencela orang lain karena penampilan mereka. Karena rasanya bener-bener ngga enak banget. Apalagi kepikirannya bisa sampe berbulan-bulan, dan seolah pengen mengubah dari kebiasaan, yang itu kaya kita berusaha jadi orang lain dan meninggalkan jati diri kita sendiri.