Langsung ke konten utama

Merangkul Self-Harm Dengan Tanpa Menghakiminya


Beberapa orang melukai diri sendiri secara rutin, dan beberapa lainnya mungkin hanya sesekali melakukannya. Self-Harm adalah sebuah perbuatan yang menurut sebagian masyarakat masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Mengapa demikian? Ya, masyarakat masih beranggapan bahwa self-harm hanya aksi untuk mencari perhatian, atau juga pelaku self-harm ini dianggap tidak tahu rasa bersyukur terhadap hidup. Banyak terjadi demikian, apalagi jika self-harm menceritakan apa yang dia lakukan pasti akan ada saja orang yang bilang "Makannya kamu jangan negatif think terus." atau "Ah, masalah gitu doang, lebay banget." hmmm, yaaa tapi tidak sedikit pula masyarakat yang paham dengan hal-hal seperti ini dan mengerti bahwa tindakan ekstrem ini dilakukan karena berbagai alasan. You don't know what goes on in anyone's life but your own. Mereka bukan tidak bersyukur, mereka bersyukur dengan banyak hal dalam hidupnya tapi tidak sedikit pula hal yang menurut mereka bukan hal yang pantas untuk di syukuri. Salah satunya masalah yang berakibat pada terjadinya self-harm.

Seseorang melakukan self-harm biasanya karena merasa melukai diri merupakan jalan keluar dari keterpurukannya. Bagi mereka, inilah cara untuk menanggapi masalah serius dan biasanya mereka akan berhenti setelah masalah terselesaikan.  Namun bisa saja mereka melakukannya lagi ketika merasa diterpa masalah, lagi. Dan ternyata, meskipun secara fisik bikin sakit, tapi tindakan self-harm ini sifatnya addiction. Ketika sudah sekali melakukannya, maka kemungkinan untuk melakukan hal yang sama bisa terulang. 

Loh kok bisa sih mereka merasa bahwa melukai diri itu adalah jalan keluar? Hmmm pertanyaan yang bagus jika kalian berpikir demikian. Perlu diketahui, self-harm bukanlah suatu hal sepele yang dapat dengan mudah diremehkan, karena hal tersebut merupakan pelampiasan atas emosi yang belum bisa terutarakan dengan baik, hal-hal semacam ini terjadi ketika seseorang menghadapi situasi dan perasaan yang menurut mereka sangat sulit dilalui. Jadi, untuk melampiaskan rasa kekesalan mereka itu, orang-orang melakukan self-harm  ketubuh mereka sendiri. Hmm pastinya ya, itu sangat menyakitkan.


Ciri-ciri Pelaku Self-Harm 


Sebuah penelitian menemukan, orang-orang mengalami perubahan emosi secara positif setelah menerima respons yang mengejutkan fisiknya. Hal ini sesuai dengan penemuan para psikolog sebelumnya 70 tahun yang lalu, mengenai pain offset relief. Pain Offset Relief menjelaskan, pada umunya setiap orang memberikan respons yang tidak menyenangkan terhadap rangsang yang menyakitkan. Namun ternyata, setelah menerima rangsang yang menyakitkan tersebut, dapat membuat seseorang merasa senang/bahagia dalam waktu singkat. Peneliti pun berpendapat, orang yang melukai dirinya sendiri seperti memasuki mekanisme pain offset relief ini. Ketika menyakiti diri pertama kali, seseorang akan merasakan sakit yang tidak menyenangkan. Akan tetapi, ketika terus menyakiti diri dan merasa lega setelahnya, dirinya akan melihat adanya hubungan antara “menyakiti diri” dengan “kelegaan” atas sakit yang dirasakan. Akhirnya, seseorang akan kembali menyakiti dirinya sendiri.

Kalian percaya nggak kalo orang-orang yang melakukan self-harm sebenernya mereka tau betul apa yang dilakukan itu salah dan keliru. Maka dari itu, umumnya orang yang melakukan tindakan ini akan sembunyi-sembunyi dan diam-diam dalam menyakiti dirinya, berusaha agar tak diketahui orang lain. Selain itu, mereka biasanya akan menutupi bekas luka dengan menggunakan pakaian lengan panjang dan atribut lain yang bisa menutupi luka tersebut. 

Seperti halnya dijelaskan dalam penelitian di atas, pelaku self-harm akan merasa lega ketika telah menyakiti dirinya sendiri. Tujuannya ya untuk menyibukkan diri dengan masalah baru, dan melupakan masalah lama yang membuat mereka risau itu. Jadi bisa bayangin kan kalo orang-orang self-harm ini gak bisa di nilai sebelah mata dengan mengatakan bahwa mereka tidak bersyukur atau mereka mencari perhatian. Karena nggak adil banget sih ketika kamu menjudge orang-orang self-harm dengan perbandingan kehidupanmu yang baik-baik saja. Atau mungkin kamu berfikir "Ah lebay banget, gitu aja nyakitin diri sendiri gue juga punya masalah tapi gue gak pernah nyakitin diri gue sendiri. Bego bgt." 

hmmmm... Kemampuan orang beda-beda yaa dari psikis masing-masing orang saja bisa dilihat jelas perbedaannya. Mungkin kamu bisa mengendalikan dirimu ketika ada masalah, tapi belum tentu orang lain bisa sepertimu. Dan mungkin saja, masalahnya jauh lebih besar dari masalahmu. Jadi tetap ya, self-harm sangat tidak tepat jika disalahkan, memberi cap sebagai pencari perhatian, mencemooh, atau malah menjauhinya.


Nah dibawah ini bisa dibaca infografis terkait mitos dan fakta seputar self-harm


Cara self-harm biasanya dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata. Jadi kalo ada yang beranggapan bahwa self-harm untuk bunuh diri, itu salah. Sebab orang-orang self-harm sendiri juga takut untuk mengakhiri hidupnya, hanya saja mereka merasa perlu melakukannya agar mereka dapat berpaling dari masalah yang saat itu sedang dialaminya. Nahh, paham belum sampai sini? Self-harm itu lebih dianggap sebagai pelarian dari masalah yang dialami. 

Jadi yang perlu banget kalian ketahui itu yaa. Bahwasanya sering kali orang-orang yang melakukan self-harm tidak benar-benar ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Namun, mereka memiliki masalah dalam berkomunikasi. Mungkin juga karena mereka memang tak pernah belajar untuk mengutarakan perasaannya sama sekali. Sehingga menyakiti diri adalah hal yang dianggap paling tepat untuk menyelesaikan masalah mereka.

Tindakan self-harm ini dapat berupa mengiris, menyayat lengan, memukuli diri, atau membenturkan kepala ke tembok, mememarkan tubuh lewat kecelakaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Menyakiti diri juga dapat dilakukan secara halus, seperti tidak memerhatikan kondisi fisik, tidak memedulikan kebutuhan emosional, atau menempatkan diri pada situasi yang berbahaya. 
Saat sibuk menyayat diri atau melakukan hal serupa yang bisa menimbulkan rasa sakit dan luka, seseorang jadi bisa memadamkan sebentar suara-suara yang mengganggu di dalam benaknya, meredam permasalahan yang dalam dirinya. Ini karena rasa sakit yang dirasakan saat itu bisa mengalihkan pikirannya dari masalah yang dihadapi.  

Kalo kalian pengen tau sebenernya apa sih yang jadi alasan self-harm itu terjadi, kalian bisa baca di bagan ini yaa...


Alasan terjadinya self-harm


Beratnya rasa sakit, beban hidup, serta kesulitan yang dialami seseorang menjadi alasan di balik terjadinya self-harm. Alasan-alasan ini pula yang menyadarkan kita bahwa self-harm dilakukan bukan karena seseorang ingin mencari masalah, tetapi justru menjadi cara untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Orang yang memiliki trauma psikologis berat bisa menjadi mati rasa. Karena kejadian yang dialami begitu menyakitkan atau memalukan, seseorang bisa saja mengalami disosiasi. Disosiasi adalah suatu keadaan di mana seseorang menghapus ingatannya terhadap suatu kejadian atau menghapus perasaan yang muncul ketika mengalami suatu peristiwa traumatis. Biasanya hal ini terjadi di luar kesadaran orang tersebut.

Saat menghapus perasaan terhadap suatu peristiwa, misalnya pada kasus perkosaan, si korban tidak akan merasa jadi lebih baik. Ia justru akan merasa hampa, kosong, dan tidak berharga. Dengan menyakiti diri sendiri, ia pun akan mengingat kembali rasa sakit yang pernah menyerangnya ketika mengalami perkosaan. Rasa sakit tersebut mengingatkan dirinya bahwa ia masih hidup dan masih bisa merasakan sesuatu layaknya manusia lain. Korban kekerasan, baik itu emosional, fisik, maupun seksual sering disalahkan dan direndahkan. Secara tidak sadar, mereka pun lama-kelamaan jadi merasa rendah diri dan pantas disalahkan. 

Begitu pula jika peristiwa traumatis yang dialami berasal dari kehidupan keluarganya, dimana dalam keluarga terjadi toxic parent. Barangkali orang tua juga butuh diingatkan, “Betapa berat beban yang diemban anakmu setelah kamu bersikap keras kepadanya, betapa besar trauma dan dampak merusak lain yang ia rasakan dan baru sadari ketika dewasa. Minta maaflah kepada mereka.” Ketika anak-anak yang tinggal bersama toxic parents bersuara, mereka dianggap tidak bersyukur atas pemberian orang tua, tidak menghargai orang yang melahirkannya. Saya sedih karena ada orang-orang yang memakai pengalaman berelasi baik dengan orang tuanya dalam menghakimi pendapat anak-anak toxic parents. Fyi, menjadi orang tua tidak melulu benar dan besar.   

Dalam benak pelaku self-harm, setiap melakukan suatu kesalahan ia pun harus mendapat hukuman, bahkan ketika pelaku kekerasan atau orang tua toxic ini tidak mengetahui kesalahan tersebut. Sebagai bentuk hukuman, beberapa orang akan menyakiti diri sendiri dengan sengaja tidak makan, membenturkan kepala, atau menyayat diri. Setidaknya, itu permasalahan orang-orang yang mengalami self-harm.


Kalau itu Kamu, Berhentilah

Jika kamu terjebak dalam tindakan self-harm, berhentilah. Daripada menyakiti diri sendiri, cari cara lain yang bisa membantu melampiaskan emosi kamu. Misalnya berolahraga, dengarkan musik, cari boneka atau samsak untuk melampiaskan emosi kamu, pergi yoga, berenang, mandi air dingin, atau lakukan apa aja hobi kamu yang bisa mengalihkan fokus kamu dari hal-hal negatif, termasuk pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Dan yang ngga kalah penting adalah, curhat. Jangan takut untuk bercerita sama orang-orang yang kamu percaya. Mau itu sahabat, keluarga, atau bila perlu pergilah temui psikolog, karena dengan didengarkan akan sangat membantu meringankan beban yang kamu rasakan. 
Ngga usah takut atau bahkan malu untuk cerita. Yakinlah bahwa kamu kuat, kamu berharga, dan kamu pasti bisa melewati semuanya. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikirkan, percaya lah pada diri kamu sendiri karena kamu layak untuk bahagia. 

Yang terpenting adalah, kamu harus bisa mulai membiasakan untuk membuka diri bahwa sebenarnya sebuah permasalahan akan mendapatkan jalan keluar. Mulailah membuka diri dengan orang lain, belajar memulai komunikasi dengam banyak orang.
Bila keadaan Anda tak kunjung membaik, Anda bisa menemui psikolog atau psikiater yang akan membantu Anda mengendalikan kebiasaan tersebut. Ketika muncul pikiran untuk melakukan self-harm, segera hubungi layanan hotline resmi dari Kementerian Kesehatan RI di 500-454. 


Kalau itu Bukan Kamu, Don’t Judge

 Tindakan self-harm memang bukan perbuatan positif, tapi mencemooh orang yang melakukan self-harm atau bahkan mengucilkannya, itu pun sangat tidak bijak. Kita ngga pernah tahu seberapa besar perjuangannya untuk melawan masalah dalam hidupnya sampai akhirnya Ia nekad menyakiti dirinya sendiri. Ketahuilah kalau orang terdekat kamu melakukan tindakan self-harm, bukan karena Ia ingin mencari masalah tapi justru itu adalah cara dia untuk mengatasi gejolak emosi dalam dirinya. 

Bantulah Ia, setidaknya jadilah pendengar yang baik karena sekecil apa pun tindakan kita bisa berpengaruh besar untuk orang lain. Jika Anda atau orang terdekat Anda terluka karena self-harm, segera hubungi layanan darurat di nomor 118 atau pergilah ke pusat kesehatan terdekat. 

Apabila kita lihat dari beberapa masalah di atas, sepertinya cukup mudah untuk menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia ingin diperhatikan, dikhawatirkan, dan dipahami.  Entah itu penderita self-harm, atau siapapun. Hal yang mereka perlukan adalah didengarkan. Hal yang dapat kita lakukan untuk merangkul mereka, mendekap mereka, dengan telinga. Dengarkan mereka, dengarkan keluh kesahnya. Bantulah mereka keluar dari segala kejenuhannya akan dunia, bantu mereka untuk bangkit. Jadilah sahabat untuk mereka dalam situasi dan kondisi apapun. Berikan separuh semangatmu pada mereka, karena itu berpengaruh sangat besar. Adapun untuk penderita self-harm, dengarkanlah mereka. Apa yang membuat mereka begitu marah, kecewa, sakit hati sehingga memutuskan untuk melakukan hal seperti itu  Beri pandangan positifmu tentang masalah mereka, bantu mereka untuk sadar bahwa mereka terlalu berharga untuk merasa kecewa.


Referensi
https://pijarpsikologi.org/self-harm-menyakiti-diri-menjadi-pilihan-untuk-menyalurkan-rasa-sakit/
https://www.alodokter.com/self-injury-gangguan-psikologis-menyakiti-diri-sendiri
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3639784/ayo-cari-bantuan-ini-tanda-tanda-self-harm-yang-harus-diketahui
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-self-harm-perilaku-menyakiti-diri-sendiri-yang-berbahaya

Postingan populer dari blog ini

Tak Semua Orang Tua Mulia : Relasi Orang Tua dan Anak

"Sebelumnya aku tak merasa bahwa dunia ini jahat, tapi semua berubah setelah hidupku mulai tak beraturan." -Tokoh tania yang digunakan adalah fiksi, dan cerita dibawah hanya sebuah imajinasi penulis tentang permasalahan toxic parents. Namun isi dari tulisan ini menceritakan keluh kesah dari sebagian anak yang merasa bahwa terdapat ketidakadilan dan ketidaknyamanan dalam keluarganya sendiri- Cerita bermula dari kisah seorang anak bernama tania yang beberapa tahun belakangan memiliki pengalaman bagaimana agama serta budaya mengajarkannya untuk menghormati orang tua dalam keadaan apa pun. Tania merasa betapa besar trauma dan dampak merusak lain yang ia rasakan karena hal tersebut. apalagi baginya hal yang terjadi itu menjadi peristiwa traumatis untuknya. ----------**********----------  Semua orang akan berpikir aku gila, bukan karena nalar pikirku dan mentalku terganggu, aku belum gila saat ini, tidak tahu nanti, ketika aku s...

Aku punya dan aku bersamanya, Ayah.

"Seperti mentari yang bersinar dipagi hari, cahaya matanya takan hilang dikala sore datang." Aku sempat merasa tak mampu untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Sama sekali aku tak sekuat yang terlihat. Aku terpuruk, amat sangat terpuruk. Bukan tanpa sebab, namun menghasilkan akibat yang sangat tak terduga.  Yaa.. Sebelumnya perkenalkan, aku adalah gadis yang merindukan seseorang, aku ingin sedikit bercerita tentang kesedihan yang mungkin saja bukan hanya aku yang merasakan. Mungkin ada diantara kalian yang sama denganku. Merindukannya. Merindukan sosoknya yang penyayang dan penuh kejutan. Sudah pasti setiap anak perempuan yang terlahir di dunia memiliki sosok lelaki pertama yang dicintainya pertama kali. Siapakah dia? Ayah.  Tak bisa dipungkiri bahwa ayah juga mulai mengembangkan sifat lelaki yang akan lebih protektif alias melindungi. Tak jarang juga ia berlaku lebih diktator kepada anak perempuannya. Bukan tanpa s...

Kita adalah buruh, Selama bukan Pemilik Modal

"Buruh lebih penting daripada modal dan harus mendapatkan perhatian yang lebih." ~Abraham Lincoln~  Sejarah kita mencatat banyak kisah perjuangan perempuan di kancah perburuhan, di antaranya adalah Surastri Karma Trimurti, atau yang biasa disebut SK Trimurti, perempuan yang menjadi Menteri Perburuhan pertama pada kabinet Amir Syarifuddin (1947-1948). Sepak terjang Trimurti tak hanya terlihat di masa perjuangan merebut kemerdekaan. Namun usai proklamasi Indonesia pun, Trimurti makin aktif menjadi sosok berpengaruh di bidangnya.  Saat menjadi menteri, Trimurti aktif memperjuangkan UU perburuhan baru sebagai ganti UU perburuhan kolonial yang memberatkan pekerja. Sebelum menduduki jabatan politik, Trimurti dikenal sebagai jurnalis yang vokal menyerukan semangat antipenjajahan dan antipenindasan.  Nama S.K. Trimurti begitu melegenda dalam dunia jurnalisme Indonesia. Ia juga sosok yang hidup di tiga zaman, yaitu di era penjaja...