Hallo!!
Apa kabar?
Nah kali ini, aku mau ngajak kalian semua untuk berkelana ke dunia yang lebih gila lagi.
Ya, lebih gila lagi.
Lebih gila dari cerita - cerita sebelumnya,
Sebelum mulai, pastikan kalian duduk tenang dan fokus.
Fyi, jangan baca tulisan ini waktu lagi makan yaaa, aku gamau tanggungjawab kalau terjadi apa-apa.
Eheheee.
Oke, sudah siap semuanya? Langsung saja kita mulai cerita pembunuh berantai kali ini,
Begitu mendengar kata pembunuh berantai, apa yang akan kamu pikirkan?
Seorang psikopat yang haus darah?
Atau seorang pembunuh berdarah dingin yang merancang aksinya dengan mengerikan?
Kalau aksi itu ditujukan kepada orang lain sih wajar saja.
Namun,
kalau disematkan pada Ed Gein masih kurang seram.
Loh, kok bisa?
Bisa, karena Ed Gein tidak hanya membunuh korban saja. Dia juga mencuri mayat dari kuburan. Mayat dari hasil membunuh dan juga mencuri itu akhirnya dikumpulkan untuk membuat barang kerajinan.
Aishhh...
Benar-benar ngeri!
Yuk disimak cerita nyaa. Cekidot!!
Edward Theodore Gein, hidup sekitar tahun 1940-an di peternakan terpencil yang pernah dibeli orang tuanya dulu, di Wisconsin, USA. Ia lebih dikenal dengan sebutan Ed Gein, dan menjadi sejarah kelam dari beberapa kasus pembunuhan serta hal-hal mengerikan yang berhubungan dengan mayat. Kisah hidupnya bahkan menginspirasi film-film thriller tentang pembunuh berantai yang kesadisannya hampir tidak bisa dipercaya.
Dari deskripsi barusan aja udah kebayang kan gimana ngerinya ini cerita, bener-bener psikopat ulung nih si Ed Gein.
Baiklahhhh..
Lanjuttt yuukk..
Ed lahir dalam sebuah keluarga yang bisa dibilang cukup ‘unik’. Ayahnya, George Gein, adalah seorang pecandu alkohol. Sedangkan ibunya, Augusta Gein, adalah seorang perempuan yang sangat dominan dan cenderung overprotektif terhadap kedua anaknya, Ed dan Henry.
Bahkan sejak kecil, sang ibu selalu mendidik Ed dan Henry untuk membenci perempuan. Akses keluar yang dibatasi oleh sang ibu, ditambah posisi rumah mereka yang cukup jauh dari area pusat permukiman, membuat Ed dan Henry tumbuh menjadi pria yang sangat tertutup dengan orang asing.
Ayahnya, menjadi satu-satunya orang di keluarga Gein yang paling sering berhubungan dengan masyarakat, karena merupakan tulang punggung keluarga. Sayangnya, pada tahun 1940, ayah Ed meninggal dunia akibat gagal jantung.
Untuk menghidupi ibu mereka yang juga sakit keras, Ed dan Henry akhirnya terpaksa ‘keluar’ rumah dan mencari pekerjaan. Meski agak aneh, masyarakat tetap menerima Gein bersaudara karena dianggap cukup ulet, pekerja keras, dan bersedia melakukan pekerjaan apapun.
Namun, suatu hari saudara Ed meninggal dan ibunya menjadi semakin gila, stres. Meskipun begitu, Ed tetap bergantung pada ibunya. Hingga suatu hari, ibu Ed meninggal dunia saat Ed berusia 39 tahun.
Hidup Ed jadi benar-benar berubah saat ibunya meninggal di akhir tahun 1945. Kehilangan sosok idola, panutan, dan satu-satunya teman membuat Ed merasa sangat terpukul dan kesepian. Karena sudah tidak memiliki tanggungan, Ed yang tengah berduka memutuskan untuk menjalankan usaha pertanian sendirian dan semakin menutup diri dari masyarakat.
Setelah kematian ibunya itu, Ed juga mulai mempelajari anatomi tubuh perempuan hingga belajar sejarah kekejaman Nazi, khususnya soal eksperimen medis di kamp konsentrasi. Tapi sampai sini, ya penduduk sekitar melihat semuanya masih terlihat normal saja.
Ed juga berpikir untuk menghidupkan ibunya melalui dirinya sendiri. Jadi, Ed berusaha menjadi ibunya dengan terkadang berpakaian seperti wanita dan berbicara sendiri.
Namun, Ed juga punya kebiasaan aneh.
Dia suka menggali kuburan dan mengambil mayat. Hal ini supaya dia tahu tentang anatomi tubuh wanita. Ia tidak lantas mencuri semua bagian tubuh mayat yang dicurinya, kadang dia hanya mencuri beberapa anggota tubuh mayat.
Selain menggali dan mencuri mayat, Ed juga melakukan pembunuhan terhadap beberapa orang, korbannya adalah tetangganya sendiri.
Yang paling mengerikan dari Ed Gein adalah kebiasaannya membuat mayat yang dicuri dan dibunuhnya itu menjadi barang kerajinan.
Weitttt gaissss...
Tarik napas duluu...
Aku saranin kalo ga kuat gausa lanjut baca yaaa...
Lah lah lah...
Ngeyell...
Masih aja lanjutt...
Yaudah...
Monggo lanjut bacanyaa...
Ed Gein membuat aksesori menggunakan kulit dari mayat. Kulit dari mayat dilepaskan dari tubuh korbannya untuk membuat rompi hingga baju hangat. Selain kulit kulit mayat, organ lain seperti tengkorak dan tulang juga digunakan sebagai kerajinan. Ed membuat tempat puntung rokok, Ed juga membuat tutup lampu dari kulit manusia, bahkan sabuk dari puting wanita. Dia juga mengeringkan alat kelamin wanita untuk dipajang, bahkan menguliti wajah mayat-mayat untuk ditempelkan di dinding.
Huaaaaaaa.
Bener-bener nothing akhlak si Ed Gein ini.
Astagaaaa!!
Pada 16 November 1957, seorang perempuan pemilik toko perkakas, Bernice Worden, menghilang. Anak Bernice, Frank, yang merupakan seorang wakil sheriff pun langsung turun tangan mengusut kasus ini.
Penyelidikannya lalu berujung pada nama Ed Gein, yang diketahui beberapa kali menyambangi toko Worden, namun tidak pernah membeli apapun. Frank pun memutuskan untuk memeriksa rumah Ed.
Saat sampai ke rumah Ed, Frank sudah mencoba mengetuk beberapa kali, namun tidak ada tanggapan. Ia pun berinisiatif menyeruak masuk melalui gudang kayu. Namun apa yang ia temukan sungguh di luar dugaan.
Begitu masuk gudang kayu, hal yang pertama kali Frank lihat adalah tubuh seorang perempuan yang digantung dalam posisi terbalik tanpa kepala. Di bagian kelamin hingga dada terdapat sebuah sobekan panjang yang digunakan untuk mengeluarkan organ dalam. Pernah lihat proses penyembelihan hewan kurban? Ya, kira-kira begitu.
Setelah dilihat lebih lanjut, ternyata perempuan malang ini adalah ibunya, Bernice Worden, yang hilang. Rasa terkejut Frank masih belum selesai. Saat memasuki gudang lebih dalam, ia menemukan benda-benda yang sulit masuk ke nalar manusia normal.
Dalam ruangan itu, terdapat 10 kulit kepala perempuan, satu gulung kulit utuh tubuh perempuan (jadi hasil dikuliti), sabuk yang terbuat dari puting perempuan yang dijahit jadi satu, serta sebuah kursi yang bagian dudukannya dibungkus dengan kulit manusia.
Bukan hanya dijadikan perkakas, Ed juga menjadikan sejumlah tengkorak manusia menjadi mangkuk sup. Saat masuk ke dalam rumah Ed, Frans menemukan organ-organ dalam tubuh manusia yang memenuhi kulkas, meja yang dihias dengan tulang manusia, serta lampu meja yang bagian kapnya dibuat dari kulit wajah.
Speechless,
Semoga kalian enggak lagi makan pas baca ini.
Di dalam kamar Ed, terlihat sebuah tempat tidur yang dihiasi tengkorak manusia, serta satu kepala utuh yang digantung menjadi hiasan dinding. Di sisinya, terdapat 9 kulit wajah perempuan yang juga dipajang.
Frank juga menemukan sejumlah potongan alat kelamin manusia di dalam kotak sepatu serta kulit wajah perempuan yang dijadikan masker. Intinya, hampir seluruh interior dan fesyen di dalam rumah Ed dibuat sendiri menggunakan tubuh manusia.
Aduhhhhh, aku nulis ini sampe merinding dan ngeri-ngeri gitu guys.
Anjir mulai mual aku nih ngetiknyaa..
Omaigatttt..
Yuk bisa yukkk..
Lanjut yaa...
Akibat temuan fantastis itu, Ed langsung diciduk dan diadili. Selain disidang karena dugaan pembunuhan terhadap Bernice Worden, Ed juga diduga telah membunuh seorang pemilik bar bernama Mary Hogan pada tahun 1954 silam. Diduga, Mary merupakan perempuan hidup yang jadi korban pertama Ed.
Kenapa aku bilang korban hidup pertama? Sebab, Ed mengaku selama ini hanya membunuh dua orang perempuan saja. Sedangkan tubuh manusia sisanya, ia dapat dari menggali kuburan perempuan yang baru saja meninggal.
Selain tubuh Bernice dan Mary, diperkirakan ada sekitar 15 mayat perempuan lainnya yang sudah diubah menjadi berbagai macam benda oleh Ed. Saking banyaknya, Ed bahkan tidak bisa mengingat berapa jumlah mayat perempuan yang ia kumpulkan.
Di depan pengadilan, Ed mengaku membuat karya seni sadis itu karena ingin hidup sebagai perempuan utuh seperti idolanya, sang ibu. Untuk itu, Ed kerap mengenakan pakaian perempuan dan topeng dari kulit wajah perempuan serta berpura-pura menjadi ibunya.
Sayang ibu sih sayang, tapi jangan gini-gini banget, ya guys.
Karena dianggap tidak kompeten secara mental untuk mengikuti persidangan, Ed akhirnya dijebloskan ke rumah sakit jiwa Institut Kesehatan Mental Mendota selama 10 tahun. Selama di rumah sakit jiwa, Ed dikenal sebagai orang yang sangat baik, sopan, lembut, bijaksana, dan cenderung tidak menyusahkan.
Setelah dianggap cukup kompeten untuk mengikuti sidang, Ed lalu disidang dan dinyatakan bersalah. Namun, ia tidak dijatuhi hukuman kurungan. Ia dinyatakan sebagai tahanan gila dan dikurung di Institut Kesehatan Mental Mendota hingga tutup usia pada 26 Juli 1984 akibat kanker paru-paru dan gagal jantung.
Yashhh. Kalian berhasil baca sampai akhir guyss.
Selamat yaaa..
Terimakasih sudah membacaa.
Semoga nafsu makan kalian setelah ini masih ada yaaa. Ehehehee...
Oke. Sekian.
Sampai Jumpa Lagiii..