Sebenarnya dari sebelum wabah covid-19 ada di indonesia, krisis pangan mungkin juga sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat apalagi yang notabene bekerja serabutan sekedar membeli beras saja susah, begitu kira-kira, namun setelah adanya covid-19 semakin meluaslah permasalahan krisis pangan ini dalam situasi yang cukup genting. Yaaaaa bagaimana tidak, hampir setiap lapisan masyarakat merasakan.
Hmmmm..
Teman-teman merasakannya gak?
Yes, right! 1 Mei kemarin seharusnya menjadi momentum perayaan hari buruh dalam rangka memperingati perjuangan buruh untuk mendapatkan hak-hak kerjanya. Ada yang berbeda, karena biasanya ikatan buruh dan mahasiswa melakukan aksi turun kejalan untuk memperingatinya, tapi kemarin ada keterbatasan gerak karena adanya PSBB. Eitsssssss, meskipun begitu kemarin tetap diperingati sebagai hari buruh dengan aksi virtual terkait issu seperti, tolak omnibuslaw klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja, Stop PHK dan meliburkan buruh dengan upah THR Penuh.
Owkaayyy, lanjut yaaaaa..
Tahun lalu dan tahun ini memang berbeda, gimana engga, dilansir dari CNN Indonesia, menurut wakil ketua umum Kadin alias Kamar Dagang dan Industri Indonesia bidang UMKM, Suryani Motik bilang kalo korban PHK akibat virus coro-coro ini meningkat. Gils gils gils. Bisa mencapai 15 juta jiwa yang di PHK guys. Atau bahkan lebih besar lagi. Hmm... Fyi, ini berlainan banget sama jumlah yang di rilis sama kementrian ketenagakerjaan per 20 april 2020 lalu yang bilang "cuman" sebanyak 2,8 juta jiwa saja masyarakat yang menjadi korban PHK. Kenapa ya ko bisa beda siih? Ada yang bisa bantu aku mikir? Hmmm baiklah. Katanya. Kemenaker nggak nyantumin UMKM yang sebenarnya juga ikut terdampak gengs.
UWAAAAOOWWWWWW!
GEDE BANGET YA ANGKANYAAA.
mencapai 15 juta jiwa yang di PHK guys.
Yup lanjut...
Sebelum hari buruh kemarin, Mr. Jokowi sudah meminta jajarannya agar mempercepat stimulus ekonomi kepada berbagai perusahaan yang memiliki komitmen tidak melakukan PHK. Ini merupakan salah satu upaya juga buat mengurangi tingkat PHK yang makin tinggi ya sebenernya...
Hmmmm. I See...
Tapi sayangnya perkiraan PHK Ini justru diprediksi akan terus meningkat ditengah wabah. Which no one knows akan berakhir kapan. Sumpah guys sedih banget! Rasanya pengen udahan sana pergi aja si Corona dari muka bumi. Gausa ganggu. Dah cape banget idup dihantui corocoro! Woii corocoro, sadar sih lo tu gak diharapkan dimuka bumi. Enyahlah sanaaaaa....
Ah udah yuk lanjut lagii guys..
Balik lagi ke permasalahan krisis pangan yaa.
Jaadiiiii...
Dampak yang di timbul sama corocoro ini atau covid-19 gak cuma menyerang kesehatan doang, tapi juga merembet ke permasalahan lain, pangan, pendidikan, dan masih banyak lagi.
Kali ini kita fokus ke pangan ya.
Jadi belum lama ini pemerintah pusat berencana bikin kebijakan cetak sawah. Katanya sih buat mencegah krisis pangan gituu.
Yuk apresiasi yukk.
But, wait wait wait, santuyy. Buat apa si?
Lah kok malah tanya.
Yaiyalah namanya juga gatau.
Nah, jadi kalo kata Pak Airlangga Hartanto selaku Menko Perekonomian, sekarang itu udah ada 300 ribu hektar lahan basah dan gambut yang siap di Kalimantan Tengah, dan sekitar 200 ribu diantara adalah milik BUMN. Lahan-lahan itu rencana nya pengen digarap sama Kementrian BUMN buat dijadiin sawah, yaaa itung-itung buat persiapan lah, soalnya kalo krisis pangan ribet juga. Kurang lebih gitu ya kata beliau.
Hmmm gimana yaaa?
Bagus sih rencananya..
T
A
P
I
.
.
.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Institut Agrokeologi Indonesia (INAgri) masih ada beberapa catatan yang harus jadi perhatian pemerintah disini.
Apa aja hayooo...
Mau tau gak?
Oke aku kasih tau,
Pertama, situasi krisis yang terjadi sekarang ini sebenarnya juga merupakan dampak dari 'dosa' yang udah dilakuin pemerintah. Banyak kasus di Indonesia, kayak kulon progo, dimana petani digusur dan malah dijadikan bandara, Konflik lahan masyarakat urut sewu dengan TNI yang masih berlarut hingga sekarang, dan masih banyak lagi lahan-lahan pertanian yang dijadikan perkebunan kelapa sawit, jalan tol dan lainnya. Jadi yaaa wajar aja dong pas kaya gini pemerintah ketar ketir nyari lahan baru.
Kedua, pemerintah harus belajar dari permasalahan masalalu. Di eranya Soeharto, tepatnya 1995, pemerintah juga bikin program cetak sawah di lahan gambut. Bukan ratusan ribu hektar lagi, tapi 1 juta hektar. Busyettt gaiiiiissssss. Banyak bett dahhh. Itu kalo dijogja dari tugu sampe mana ya ujungnyaaaa. Tapi apa yang terjadi? Program ini malah mandek di tahun 2001 dan hasilnya gatot alias gagal total.
Yaaahhhh, gajadi bayangin luasnya dari ujung mana sampe ujung mana deh. Wes lanjut lanjut...
Jadi setelah pemaparan argumen diatas, hiyaaaaaak.
Apasih yang perlu dilakukan pemerintah?
1. Pemerintah perlu bertindak buat jangka panjang. Kedepan pemerintah harus ngurangin penggusuran lahan pertanian atas nama pembangunan. Karena, penggusuran sebenarnya yang mengikis persediaan pangan kita. Duuhhhh ada yang kesentil gak yaaa sama tulisan inii..
2. Pemerintah harus benar-benar memahami bagaimana mengelola lahan basah dan gambut. Hal ini dilakuin biar gak ngulangin kesalahan dimasa lalu. Karena, yaaa ekosistem gambut punya fungsi hidgrologis yang esensial, salah setitik aja bisa bikin bencana kayak banjir dan kebakaran hutan. Aduuuuhhh serem yaaaa...
3. Karena kebutuhan pangan masyarakat indonesia ini beragam, seharusnya pemerintah gak cuma bikin kebijakan buat sawah aja. Tapi juga lahan jagung, ubi, sagu dan lainnya. Jangan sampai kebijakan pemerintah hanya sebatas tambal sulam. Hmmmm..
Kita juga bisa berperan agar krisis pangan ini tidak benar-benar terjadi. Caranya yaaa dengan mengonsumsi bahan pangan yang kita butuhkan. Inget ya, meskipun lagi puasa, tapi pas puasa harus makan secukupnya aja loh. Jangan mubazir, kalian perlu bersyukur masih bisa makan, efek pandemi ini menyebar begitu luas dimasyarakat, bahkan banyak pekerja informal yang tidak bisa makan karena tidak mendapat penghasilan selama pandemi.
Sebenarnya ini bukan hanya krisis pangan namun berkaitan juga dengan krisis ekonomi .
Semoga pandemi ini cepat berakhir yaa...
Komentar
Posting Komentar