Langsung ke konten utama

Sekedar Singgah Tapi Tak Sungguh

"Terimakasih, kamu telah banyak mengajarkan aku arti menemani, menemani rasa yang selalu kujaga baik-baik, namun meninggalkanku bahkan tak berbisik."


Kamu,
Jalan yang kurasa mampu membuatku tenang tetapi malah menambah beban. Sebatas rindu tapi tak mampu untuk bertemu. Sebenarnya rinduku beralasan, namun mundurku juga penuh alasan. Kurasa, hatiku belum mampu untuk merelakan namun aku bertekad untuk melakukan, meskipun aku tau itu sulit untuk kulaksanakan.


Jujur...
Akupun lelah, 
Mengapa setiap detik dirimu selalu menghantui pikiranku. Selalu tanpa jeda.

Kamu kenapa?

Kamu tak bosan?

Aku lelah.

Tolong mengertilah.

Berkali kali kucoba, namun gagal selalu kuterima.
Aku berusaha kembali melihat kenangan saat bersamamu kala itu, kubayangkan begitu jahatnya kamu  membuat aku terluka. Tertatih-tatih dan merasa tak berarti.
Dan sekarang kamu hajar aku dengan rindu yang tiada henti.



Mengapa dari awal kamu membuatku merasa memiliki, padahal pada kenyataannya kau hanya sekedar singgah tapi tak sungguh. Aku tau, berbuat baik memang perlu. Tapi maafkan aku yang menganggap kebaikanmu lebih dari yang kamu berikan padaku. Aku terlalu jauh merasakan hingga tak mampu hati kukendalikan. Sekali lagi maaf, aku khilaf dengan anganku yang bias.

Baiklah.
Lupakan saja apa yang ku ucapkan.
Aku mengerti bahwa sampai berbusa pun, kamu takkan peduli, bahkan mungkin kamu tak mengetahui betapa parahnya patah yang kamu sebabkan kepadaku. 
Iya aku akan nantikan cinta yang sesungguhnya datang.
Meskipun dalam hati kecilku kamu masih nomor satu.



Maaf, melupakanmu tak semudah kicauanku kerap kali di twitter. Dengan ungkapan-ungkapan penuh makna dan drama yang selalu kuluapkan disaat hati tak mampu untuk berteriak. 
Aku selalu melupakan singgahmu yang tak sungguh, aku terlalu terbuai dengan kebodohan yang merundungiku.

Sepertinya,
Aku perlu mencoba kembali, 
Untuk sadar dan ikhlas.
Bahwa,
Kita tak pernah mampu merasakan rasa yang sama. 

Kuharap, semoga kamu selalu bahagia, meskipun aku tak menjadi yang utama, namun kamu tetaplah yang pertama. See u ♥

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Semua Orang Tua Mulia : Relasi Orang Tua dan Anak

"Sebelumnya aku tak merasa bahwa dunia ini jahat, tapi semua berubah setelah hidupku mulai tak beraturan." -Tokoh tania yang digunakan adalah fiksi, dan cerita dibawah hanya sebuah imajinasi penulis tentang permasalahan toxic parents. Namun isi dari tulisan ini menceritakan keluh kesah dari sebagian anak yang merasa bahwa terdapat ketidakadilan dan ketidaknyamanan dalam keluarganya sendiri- Cerita bermula dari kisah seorang anak bernama tania yang beberapa tahun belakangan memiliki pengalaman bagaimana agama serta budaya mengajarkannya untuk menghormati orang tua dalam keadaan apa pun. Tania merasa betapa besar trauma dan dampak merusak lain yang ia rasakan karena hal tersebut. apalagi baginya hal yang terjadi itu menjadi peristiwa traumatis untuknya. ----------**********----------  Semua orang akan berpikir aku gila, bukan karena nalar pikirku dan mentalku terganggu, aku belum gila saat ini, tidak tahu nanti, ketika aku s...

Aku punya dan aku bersamanya, Ayah.

"Seperti mentari yang bersinar dipagi hari, cahaya matanya takan hilang dikala sore datang." Aku sempat merasa tak mampu untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Sama sekali aku tak sekuat yang terlihat. Aku terpuruk, amat sangat terpuruk. Bukan tanpa sebab, namun menghasilkan akibat yang sangat tak terduga.  Yaa.. Sebelumnya perkenalkan, aku adalah gadis yang merindukan seseorang, aku ingin sedikit bercerita tentang kesedihan yang mungkin saja bukan hanya aku yang merasakan. Mungkin ada diantara kalian yang sama denganku. Merindukannya. Merindukan sosoknya yang penyayang dan penuh kejutan. Sudah pasti setiap anak perempuan yang terlahir di dunia memiliki sosok lelaki pertama yang dicintainya pertama kali. Siapakah dia? Ayah.  Tak bisa dipungkiri bahwa ayah juga mulai mengembangkan sifat lelaki yang akan lebih protektif alias melindungi. Tak jarang juga ia berlaku lebih diktator kepada anak perempuannya. Bukan tanpa s...

Kita adalah buruh, Selama bukan Pemilik Modal

"Buruh lebih penting daripada modal dan harus mendapatkan perhatian yang lebih." ~Abraham Lincoln~  Sejarah kita mencatat banyak kisah perjuangan perempuan di kancah perburuhan, di antaranya adalah Surastri Karma Trimurti, atau yang biasa disebut SK Trimurti, perempuan yang menjadi Menteri Perburuhan pertama pada kabinet Amir Syarifuddin (1947-1948). Sepak terjang Trimurti tak hanya terlihat di masa perjuangan merebut kemerdekaan. Namun usai proklamasi Indonesia pun, Trimurti makin aktif menjadi sosok berpengaruh di bidangnya.  Saat menjadi menteri, Trimurti aktif memperjuangkan UU perburuhan baru sebagai ganti UU perburuhan kolonial yang memberatkan pekerja. Sebelum menduduki jabatan politik, Trimurti dikenal sebagai jurnalis yang vokal menyerukan semangat antipenjajahan dan antipenindasan.  Nama S.K. Trimurti begitu melegenda dalam dunia jurnalisme Indonesia. Ia juga sosok yang hidup di tiga zaman, yaitu di era penjaja...