"Pentingnya menjaga lingkungan dan ulah manusia harus diterapkan dengan baik. Sebab alam dan manusia adalah hal yang saling berkaitan dan harus saling menjaga."
Botaknya Pegunungan Cycloop di Jayapura, Papua, diduga menjadi penyebab banjir bandang di Sentani. Para penambang, pembalak liar, dan warga yang bermukim di gunung pun dijadikan penyebab kerusakan.
Banjir bandang di Sentani sejauh ini menyebabkan sedikitnya 79 orang meninggal dunia dan 40 orang dinyatakan hilang. Lebih dari 4.000 warga telah mengungsi; mereka tersebar di Jayapura dan sekitarnya.
Banjir ini bermula ketika daerah Sentani pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 17.00 WIT diguyur hujan. Hujan itu membuat longsor di bagian hulu yang materialnya menyumbat sungai hingga membuat air meluap. Daerah pegunungan yang harusnya menjadi hutan sebagai daerah resapan dan penahan longsor malah disulap menjadi ladang dan kebun. Hasilnya, saat hujan deras longsor gampang terjadi.
sembilan kelurahan terdampak akibat bencana ini di mana yang paling parah terdampak adalah Kelurahan Dobonsolo, Doyo Baru, dan Hinekombe. Tiga ratus lima puluh unit rumah rusak berat, 211 unit rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani, 104 unit ruko rusak berat, dua unit gereja rusak berat, satu unit masjid rusak berat, delapan unit sekolah rusak berat dan juga berbagai kerusakan lainnya.
"Jadi penyebabnya ada dua, kombinasi antara faktor alam dan faktor ulah manusia. Kita melihat kerusakan hutan di pegunungan cyclopp, ternyata sudah berlangsung sejak tahun 2003, rambahan cagar alam oleh 43.230 jiwa atau 753kk sejak 2003. Kemudian juga ada penggunaan lahan pemukiman, dan pertanian lahan kering campur di das sentani seluas 2.415 ha, kemudian masih terjadi penebangan pohon, baik itu untuk pembukaan lahan, perumahan maupun untuk kebutuhan kayu juga penambangan galian C. 9 wilayah kelurahan yang terdampak banjir merupakan dataran alur hijau, yang terbantuk dari bagian atas, yang secara alamiah adalah daerah rawan banjir,” jelas Sutopo.
Dalam kasus ini duka mendalam banyak dirasakan oleh para korban banjir di sentani yang kehilangan rumah, harta benda dan mata pencahariannya. Bahkan mereka kehilangan anggota keluarga mereka.
Kesedihan ini tidak hanya bertumpu pada korban di sentani saja. Namun seluruh indonesia merasakan kesedihan mendalam atas adanya banjir bandang yang terjadi di sentani.
Komentar
Posting Komentar